10 Hal yang Membuat Kampung Inggris Semarang Menjadi Tempat Terbaik untuk Belajar Bahasa Inggris

Photo Rohani (Cartoon)

Rohani, S.Pd, MA

10 Hal yang Membuat Kampung Inggris Semarang Menjadi Tempat Terbaik untuk Belajar Bahasa Inggris

Oleh: Rohani

Merupakan sesuatu yang menggembirakan bahwa jumlah siswa yang belajar di Kampung Inggris Semarang terus bertambah diiringi dengan antusiasme untuk belajar yang tinggi. Tulisan ini melaporkan usaha-usaha yang dilakukan oleh Kampung Inggris Semarang untuk menerapkan apa yang oleh Dornyei dan Csizer (1998: 215) sebut Ten Commandments for Motivating Language Learners (sepuluh pedoman untuk memotivasi pembelajar bahasa).  Sepuluh pedoman tersebut bermuara pada usaha untuk merangsang motivasi intrinsik siswa.

Pedoman Pertama: Guru Menjadi Suri Tauladan
Guru adalah teladan bagi siswanya. Apa yang dilakukan oleh guru akan diikuti oleh siswanya. Guru bahasa Inggris mengharapkan siswanya untuk memiliki kecakapan dan sekaligus sikap yang baik. Kecakapan yang diharapkan dari siswa adalah kecakapan dalam berkomunikasi secara aktif dalam bahasa Inggris. Sikap yang baik yang diharapkan dari siswa misalnya adalah sikap disiplin, berani mengambil resiko, dan percaya diri. Kecakapan dan sikap-sikap tersebut harus ditunjukkan terlebih dahulu oleh guru sebagi contoh untuk diteladani siswa.

Di Kampung Inggris Semarang, dalam interaksi keseharian guru secara konsisten menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan civitas akademika. Tidak jarang siswa tidak langsung memahami apa yang dikatakan oleh guru, tetapi guru tetap konsisten untuk menunjukkan contoh penggunaan bahasa Inggris dalam komunikasi yang nyata. Kadang-kadang karena keterbatasannya,  siswa bertanya kepada guru dalam bahasa Indonesia, demi untuk menjaga konsistensi guru menjawab pertanyaan tersebut dalam bahasa Inggris. Seringkali jawaban tersebut harus diulang-ulang, diparafrase, atau didukung dengan peragaan dengan bahasa tubuh untuk membuatnya menjadi lebih jelas. Contoh yang ditunjukkan oleh guru ini memberikan pelajaran kepada siswa bahwa lain kali mereka harus menggunakan bahasa Inggris dengan lebih berani karena jika bahasa Inggris mereka belum sempurna tidak jadi masalah.

Dalam hal sikap, guru menunjukkan kedisiplinan dengan datang lebih awal dan pulang paling akhir. Sebelum jam pembelajaran dimulai guru telah lebih dulu datang ke ruang kelas untuk menyapa para siswa agar merasa nyaman dan akrab. Disamping itu, guru juga menyiapkan peralatan-peralatan yang akan digunakan dalam pembelajaran, misalnya laptop, LCD, speaker, worksheet, dan sebagainya.

Pada saat jam pembelajaran usai. Guru tidak langsung mengemasi peralatan-peralatan pribadinya, seperti laptop, buku-buku, dan sebagainya. Guru meluangkan waktu untuk menutup pelajaran dengan salam, memimpin berdoa, dan menyalami para siswa. Kadang-kadang ada siswa yang bertanya setelah jam pelajaran usai. Guru melayani menjawab pertanyaan siswa ini semaksimal mungkin. Guru yang mengajar kelas anak-anak selepas jam mengajar berkewajiban untuk memastikan bahwa mereka telah dijemput oleh orang tua atau anggota keluarganya yang lain. Mereka menemani siswa sampai penjemputnya datang.

Pedoman Kedua: Suasana Kelas yang Nyaman dan Santai

Suasana kelas yang santai akan mendorong siswa untuk belajar dengan lebih baik. Krashen (1985) menekankan pentingnya low affective filter selama proses pembelajaran. Low affective filter dicapai melalui suasana yang santai dan aman, jauh dari rasa khawatir dan tertekan.

Di Kampung Inggris Semarang, suasana kelas yang menyenangkan dan santai diwujudkan dengan berbagai macam cara. Musik dan gerak dipadukan dan digunakan untuk membangun nuansa menyenangkan. Di awal pelajaran seringkali siswa masuk kelas disambut dengan musik pembangkit semangat. Kemudian mereka diajak untuk melakukan gerakan-gerakan pemecah kesunyian (ice breaking) diiringi dengan musik dengan ritme penuh semangat.

Untuk membangun nuansa santai maka guru diwajibkan mengenal pribadi siswa semaksimal mungkin, dimulai dari menghafal nama-nama mereka. Guru juga harus menjalin keakraban dengan siswa dengan mengajaknya berbincang-bincang mengenai dirinya, keluarganya, dan kegiatannya. Untuk itu setiap guru memiliki biodata lengkap dari setiap siswa. Dengan biodata lengkap ini guru bisa memulai perbincangan mengenai kehidupan pribadi siswa dengan tepat.

Pedoman Ketiga: Tugas Diberikan Secara Tepat

Di Kampung Inggris Semarang siswa dikelompokkan berdasarkan kelompok usia dan kelompok kepentingan. Siswa usia TK, SD, SMP, dan SMA dikelompokkan dengan siswa yang seusia. Program untuk TK adalah Pre English for Children. Untuk SD adalah English for Children dan SMP English for Teenagers. Siswa usia SMA ke atas bisa mengambil program berdasarkan kepentingan, yakni English Conversation, TOEFL/TOEIC/IELTS preparation, atau English for Specific Purposes. Pengelompokkan siswa berdasarkan umur dan kepentingan tersebut memungkinkan kegiatan pembelajaran untuk dirancang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa.

Ketepatan tugas belajar juga diusahakan dengan beragamnya durasi dan frekuensi belajar. Secara umum program kursus di Kampung Inggris Semarang menerapkan penjejangan program dan level, misalnya Program English Conversation, Level 1 sampai Level 4. Satu level ditempuh dalam dua belas kali tatap muka dengan durasi masing-masing tatap muka sembilan puluh menit. Frekuensi tatap muka per levelnya adalah bervariasi, disesuaikan dengan keadaan dan kemauan siswa. Variasi frekuensi tersebut adalah regular (seminggu sekali), intensive (seminggu dua kali), fiesta (setiap hari), weekend (setiap akhir pekan-dengan menginap), dan holiday fiesta (setiap musim libur sekolah, selama tujuh hari penuh, dengan menginap).

Pedoman Keempat: Hubungan yang Baik dengan Siswa

Hubungan yang baik antara guru dan siswa dibangun dengan adanya perhatian guru kepada siswa. Perhatian di sini adalah perhatian yang bersifat lebih pribadi, lebih dari sekedar perhatian secara akademis. Pada saat hari ulang tahun siswa, lembaga menyampaikan ucapan selamat ulang tahun secara resmi kepada siswa melalui guru masing-masing. Pada saat siswa tidak bisa hadir apalagi beberapa kali, maka guru diwajibkan untuk mencari tahu apa yang terjadi dengan mengirim sms, menelepon, atau mengunjungi rumah siswa tersebut. Hubungan baik juga diciptakan tidak hanya antar guru dan siswa, tetapi juga antara guru dengan orang tua siswa. Secara periodik diadakan sarasehan dengan orang tua siswa. Dalam acara sarasehan tersebut orang tua siswa diberi penjelasan mengenai proses pemerolehan bahasa asing serta strategi-strategi yang bisa ditempuh untuk membantu putra-putri mereka agar bisa belajar lebih efektif dan lebih cepat menguasai bahasa Inggris. Pertemuan dengan orang tua siswa juga dilakukan secara informal pada saat ada hal yang perlu dikomunikasikan. Setiap akhir triwulan,  siswa mendapatkan laporan hasil belajar yang diserahkan kepada orang tua siswa melalui sebuah pertemuan. Pada saat itulah orang tua dan guru bisa saling berkomunikasi dengan lebih dekat mengenai perkembangan prestasi putra/putri mereka.

Pedoman Kelima: Kepercayaan Diri Siswa dalam Menggunakan Bahasa Inggris Terus Ditingkatkan

Kepercayaan Diri

Untuk menumbuhkan kepercayaan diri dalam Berbahasa Inggris, para siswa juga berlatih outbound khas Kampung Inggris Semarang.

Kampung Inggris Semarang berpandangan bahwa kepercayaan diri dipengaruhi oleh tiga faktor. Faktor yang pertama adalah pengetahuan yang mendalam. Siswa akan merasa percaya diri jika dia mengetahui dan meyakini bahwa apa yang ia ucapkan adalah akurat sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik. Faktor yang kedua adalah latihan. Setelah mengetahui apa yang akurat maka siswa perlu berlatih untuk membiasakan diri. Faktor yang ketiga adalah lingkungan yang mendukung. Orang-orang yang berada disekitar siswa memegang peranan penting sebagai faktor yang mendukung siswa untuk merasa percaya diri.

Berdasarkan ketiga prinsip di atas, Kampung Inggris Semarang menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa. Untuk membangun pengetahuan siswa, maka materi pembelajaran disajikan secara sistematis, mulai dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. Untuk mendapatkan latihan yang memadai, maka diberlakukan prinsip pembelajaran yang mengutamakan praktek dibandingkan dengan teori. Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, semua guru diwajibkan untuk bersikap positif dengan segala kelebihan dan kelemahan siswa. Siswa terus diberikan dorongan untuk menyadari kelebihannya dan memperbaiki kekurangannya dengan cara-cara yang nyaman dan tidak menyinggung.

Pedoman Keenam: Kelas yang Menarik

Untuk membuat kelas menarik ada banyak sekali yang dilakukan oleh Kampung Inggris Semarang. Kemenarikan kelas terkait dengan guru, metode, bahan ajar, media, ruang kelas, dan sebagainya. Dari sisi metode misalnya, Kampung Inggris Semarang menerapkan prinsip bahwa pembelajaran harus mengakomodir semua tipe gaya belajar. Oleh karena itu, sangat ditekankan kepada guru untuk memvariasikan kegiatan pembelajaran. Setiap kegiatan pembelajaran harus mengakomodir jenis-jenis gaya belajar yang berbeda. Misalnya tipe visual, auditory, dan kinesthetic. Untuk memaksimalkan potensi visual disediakan media yang bisa dilihat oleh mata, misalnya gambar yang berwarna-warni atau grafik yang menarik perhatian. Untuk memaksimalkan potensi auditory, disediakan media audio/video misalnya dalam bentuk rekaman contoh-contoh dialog atau monolog. Juga disediakan musik-musik yang digunakan sebagai pengisi kesenyapan dan latar belakang suara . Untuk memaksimalkan tipe belajar kinesthetic, kegiatan pembelajaran melibatkan kegiatan fisik yang menuntut siswa untuk bergerak.

Pedoman Ketujuh: Kemandirian Siswa dalam Belajar terus Ditingkatkan

Kemandirian belajar didorong dengan menyediakan wahana bagi siswa untuk mengeksplorasi bahan ajar secara mandiri melalaui teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tersedia forum interaksi online antara siswa dan guru dan antar sesama siswa melalui media sosial (facebook group). Guru bertindak sebagai moderator dalam forum tersebut. Sebagai moderator guru menyediakan berbagai macam materi yang bisa diakses secara online oleh siswa. Guru juga memberikan tugas-tugas yang dikerjakan secara online oleh siswa. Selain menggunakan sarana TIK, di kampus Kampung Inggris Semarang juga tersedia perpustakaan dan pusat permainan edukatif yang memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri tanpa pengawasan langsung dari guru.

Strategi lain untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar adalah diadakannya kegiatan yang bersifat sukarela, misalnya English Community. Dalam kegiatan ini siswa dari berbagai kelas bertemu dalam forum yang santai. Dibawah bimbingan para mentor mereka berlatih percakapan bahasa Inggris melalui berbagai kegiatan yang menyenangkan, seperti permainan, quiz, dan perlombaan. Kegiatan ini dilaksanakan secara periodik dan bersifat tidak wajib. Antusisme siswa untuk mengikuti kegiatan ini cukup tinggi.

Pedoman Kedelapan: Keunikan Individu dalam Proses Belajar Diperhatikan

Setiap individu memiliki kekhasan yang berbeda dengan yang lain. Di Kampung Inggris Semarang kekhasan karakter setiap siswa dikenali secara mendalam sejak awal mereka belajar. Informasi penting yang harus dikenali oleh guru adalah latar belakang keluarga. Latar belakang keluarga sangat berpengaruh terhadap karakter siswa.  Siswa dengan keluarga yang mendukung nampak secara psikologis lebih stabil dan lebih dewasa. Sedangkan siswa dengan keluarga yang kurang mendukung nampak menunjukkan sifat keuletan yang lebih rendah. Karakter yang kedua yang harus difahami oleh guru adalah kecepatan daya tangkap. Sebagian siswa adalah pembelajar yang cepat menangkap pelajaran. Sebagaian yang lain adalah normal. Sementara itu ada juga siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Baik siswa yang sangat cepat, biasa, lambat, ataupun berkebutuhan khusus diberikan perlakuan khas yang sesuai dengan keadaan masing-masing. Perhatian yang bersifat individual ini dipantau oleh manager akademik dan direktur sebagai atasan guru. Siswa-siswa yang masuk dalam pantauan khusus dilaporkan kemajuannya secara khusus kepada atasan sebagai bahan tindak lanjut.

Pedoman Kesembilan: Fokus Akan Tujuan Belajar Terus Ditingkatkan

Untuk meningkatkan fokus akan tujuan belajar dilakukan analisis kebutuhan pada awal masa belajar. Kebutuhan siswa yang terkait dengan bahasa Inggris diidentifikasi melalui wawancara. Pengindentifikasian kebutuhan ini bertujuan untuk menunjukkan kepada siswa keuntungan yang akan mereka peroleh dengan menguasai bahasa Inggris. Pada saat yang sama juga ditunjukkan kerugian-kerugian yang bisa diderita jika tidak menguasai bahasa Inggris. Nampak para pembelajar dewasa yang sudah bekerja atau menempuh pendidikan tinggi kebanyakan telah memiliki tujuan yang jelas, yakni menyangkut peningkatan karir atau studi. Sedangkan  anak-anak belum mampu menunjukkan kejelasan tujuan belajar. Oleh karenanya, kepada anak-anak diberikan wawasan mengenai pentingnya bahasa Inggris bagi masa depan mereka. Pada siswa usia dini tujuan pembelajaran ini diperkuat dengan kenangan-kenangan positif yang mereka dapatkan selama mengikuti pembelajaran. Mereka belum semuanya bisa secara konkret mengkomunikasikan tujuan mereka belajar bahasa Inggris. Hal ini tentu saja terkait degan perkembangan usia dan kemampuan penalaran mereka. Jadi, untuk para pembelajar usia dini, fokus akan tujuan belajar bahasa Inggris diperkuat dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sehingga mereka memiliki minat yang kuat untuk belajar.

Mengenal Budaya Asing (Fabio)

Fabio Coelho dari California, Amerika Serikat bercakap-cakap dengan para siswa Kampung Inggris Semarang. Dengan penuh antusias para siswa berinteraksi dalam bahasa Inggris dengan native speaker.

Pedoman Kesepuluh: Siswa Dikenalkan dengan Budaya Masyarakat Penutur Bahasa Inggris

Pedoman yang kesepuluh adalah mengenalkan siswa dengan budaya masyarakat penutur bahasa Inggris. Strategi ini direalisasikan melalui kegiatan guest lecture dimana para guru tamu yang berasal dari luar negeri didatangkan untuk menyampaikan materi tentang negara dan kebudayaannya. Acara ini dipandu oleh guru Kampung Inggris Semarang sehingga interaksi antara pembicara tamu dengan para siswa bisa hidup. Di samping melalui guest lecture, untuk mengenalkan siswa dengan budaya masyarakat yang berbahasa Inggris, berbagai materi yang mengandung kekhasan budaya negara berbahasa Inggris juga digunakan. Dengan melalui materi tersebut siswa belajar kebiasaan-kebiasaan dan budaya yang berbeda dengan budaya mereka sendiri.

REFERENSI
Dornyei, Z., Csizer, K., 1998, Ten Commandments for Motivationg Language Learners, Language Teaching Research 2: 203-29.

Krashen, SD., 1985, The Input Hypothesis, Longman, London.

Home

2 Comments

  1. Pingback: Pasti Bisa ! Pasti Lancar! – Site Title

  2. Pingback: Pasti Bisa ! Pasti Lancar! – KING's World

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *