Sidik Jari sebagai Identitas Unik Ternyata telah Disebutkan di dalam Al-Qur’an

Sidik Jari 2SEMARANG-Pengajian Ahad Pagi yang rutin diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Muhammadiyah (PCM) Gunungpati pada 2 April 2017 terasa lebih hidup dengan diangkatnya tema kebenaran Al-Qur’an dalam tinjauan sains. Tampil sebagai pembicara dalam pengajian kali ini adalah H. Rohani, S.Pd, MA, dosen Unnes, pembina Kampung Inggris Semarang, dan pengurus Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) Kota Semarang.  

Dalam paparannya, Rohani menyampaikan bahwa kebenaran Al-Qur’an kembali dibuktikan oleh sains modern. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Qiyamah, ayat 1-4: Aku bersumpah demi hari kiamat. (1), dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (2) Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? (3) Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna. (4)

Pada beberapa ayat di awal Surah Al-Qiyamah tersebut, Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidak hanya berkuasa membangkitkan manusia yang telah menjadi tulang belulang,  bahkan Dia juga berkuasa untuk menyusun kembali “jari-jemari” manusia dengan sempurna. Hal yang menarik terletak pada kata “jari-jemari.” Ada keunikan apa dengan jari-jemari?  Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa jari-jemari manusia mengandung sidik jari yang unik. Purkinje (1823) dan William Herschel (1858) menemukan bahwa sidik jari manusia adalah unik, tidak ada yang sama satu dengan yang lain. Pada tahun 1893 Edward Henry, pimpinan kepolisian Kota London menemukan bahwa sidik jari secara umum bisa dikategorikan dalam delapan kategori. Sidik jari dari sepuluh jari seseorang adalah identitas unik orang tersebut yang tidak ada kembarannya. Sejak saat itu, sidik jari dijadikan sebagai salah satu alat bukti di kepolisian.

Fakta ilmiah lain dari sidik jari adalah bahwa sidik jari janin terbentuk pada usia kehamilan empat bulan dan akan bertahan seumur hidup. Sidik jari adalah lekukan-lekukan unik yang terbentuk pada lapisan kulit ari. Lekukan-lekukan tersebut berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Tidak ada dua orang yang sidik jarinya sama, meskipun dua orang tersebut adalah kembar.

Fenomena unik tentang jari-jemari manusia tersebut telah disebutkan di dalam Al-Qur’an pada kurang lebih tahun 632 M. Tiga belas abad kemudian (tahun 1893) sains mampu membuktikan bahwa apa yang difirmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an tersebut sebagai sesuatu yang benar, yakni mengandung pesan akan besarnya kekuasaan Allah. Hal ini juga membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah  benar-benar firman Allah Yang Maha Tahu. Pada saat Al-Qur’an diturunkan, manusia belum memiliki teknologi  dan kemampuan untuk mengungkap rahasia di balik kata “jari-jemari” pada Surah Al-Qiyamah, ayat 4 tersebut. Jadi, mustahil jika Al-Qur’an adalah buatan manusia.

Pengajian yang digelar di TK ABA 38, Jl. Dewi Sartika Semarang tersebut diakhiri dengan tanya jawab. Beberapa peserta nampak antusias mengajukan pertanyaan terkait dengan tema hari itu. Ada juga salah seorang peserta, Agung (45) yang memberikan pertanyaan terkait sains tetapi tidak langsung berhubungan dengan topik hari itu. Pertanyaannya adalah tentang ada tidaknya kehidupan lain selain di bumi. Jawaban tidak langsung diberikan oleh Rohani, tetapi ditangguhkan untuk disampaikan pada kajian edisi berikutnya. (Hamzah)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *