SEMARANG-Apakah anak-anak muda yakin dengan apa yang mereka ingin lakukan di masa depan mereka? Ternyata tidak. Anak-anak muda baik yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi maupun yang berhenti di jenjang pendidikan menengah tidak semuanya yakin terhadap apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan. Hanya saja mereka yang tidak kuliah dan memilih untuk kursus biasanya sudah lebih fokus kepada keahlian yang mereka ingin tekuni. Hal itu terungkap dalam acara Pengimbasan Pelatihan PTK PAUD dan Dikmas yang diselenggarakan oleh Kemendikbud pada Selasa (10/9).
Acara yang digelar di Hotel Candi Indah Convention, Semarang tersebut menghadirkan para narasumber yang baru-baru ini mengikuti studi banding di TAFE NSW (Technical and Further Education New South Wales, Australia). Acara diikuti oleh enam puluh tiga orang perwakilan berbagai LKP di Jateng.
Salah satu nara sumber, Candra Wijaya (Metro Hotel School Bandar Lampung) memaparkan pentingnya memvariasikan metode pembelajaran ketika mengajar siswa vokasi dengan latar belakang usia yang berbeda-beda. Ia menekankan pentingnya memaksimalkan stimulasi secara Visual, Audio, dan Kinestetik (VAK) sehingga para siswa bisa menguasai materi dengan baik.
Sementara itu Antonius Andy Winarno (KANIVA International Bali) menyampaikan konsep andragogy yang merupakan konsep pembelajaran bagi orang dewasa. Instruktur harus bisa menjadi motivator bagi siswa dan dituntut untuk interaktif dan kreatif. Instruktur harus menerapkan komunikasi dua arah yang efektif, sederhana, dan mudah dipahami. Pembelajaran berbasis game dan role play yang didukung dengan media yang relevan juga sangat membantu dalam konteks andragogy.
Narasumber ketiga, Pranoto (LPP Graha Wisata Semarang) memaparkan konsep Six Thinking Hat yg bisa diterapkan dalam pembelajaran. Pencetus konsep Six Thinking Hat, Edward de Bono menciptakan istilah berpikir lateral, yaitu memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan kreatif. Six Thinking Hat diciptakan sebagai sebuah alat untuk kegiatan diskusi kelompok yang memungkinkan anggota kelompok untuk mengembangkan pola pikir melalui proses yang terperinci berdasarkan perannya masing-masing.
LKP Kampung Inggris Semarang turut aktif mengambil bagian dalam acara sharing tersebut dengan mengirimkan dua orang staf pengajarnya, Shela Silviana Augie dan Siti Layli Kholifah. Shela mengungkapkan bahwa ia merasa termotivasi untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi para siswa LKP Kampung Inggris Semarang yang sehari-harinya ia ajar.